Sabtu, 01 November 2014

Bank Sampah (chapter 1) - jurnal perjalanan berdirinya bank sampah Sahabat Bumi

Kira-kira tahun 2010 aku tertarik dengan konsep bank sampah yang diceritakan oleh Nina, salah satu sahabat terbaikku. Secara spontan, aku minta diajak ke sana untuk bertanya detail tentang pelaksanaannya. Dalam hati, pengen juga menjalankan bank sampah di Cibubur, tempat aku tinggal. Berdua dengan Nina, aku ke Bank Sampah Bina Mandiri yang ada di Surabaya. Mendengarkan dengan cermat setiap jawaban yang diberi oleh pengelolanya sambil sesekali mencatat point yang penting menurutku. Pulang dari sana, aku membawa beberapa file administrasi, brosur, juga foto-foto. Semua oleh-oleh ilmu itu aku simpan baik-baik. Bertekad suatu saat mau juga menjalankan misi pelestarian lingkungan lewat pengelolaan sampah.



Tahun 2011, ada acara Green Festival di Jakarta. Waktu itu, Sekolah Alam Cikeas, tempat anakku belajar, mengirim murid2nya untuk mengisi acara. Termasuk Padi, anakku. Aku pun turut serta ke sana. Kesempatan itu tak kusia-siakan. Jalan-jalan ke beberapa stand pameran yang inspiratif. Tapi ternyata, sampai ke stand yang terakhir, kok tidak ada satupun stand bank sampah. Lalu aku menanyakannya ke salah satu panitia yang tampak berjaga di pintu keluar. Oleh panitia itu, aku diajak menemui manajer projectnya (aduuh, aku lupa namanya). Di sana aku menanyakan hal yang sama. Jawabannya adalah : memang saat ini di Jakarta belum ada bank sampah. Harusnya greenfest kali itu mereka mengundang bank sampah yang ada di Bandung, tapi karena suatu hal, mereka batal mengisi salah satu stand. Si mbak manajer project itu malah meminta rekomendasi bank sampah yang aku tahu, aku kasih kontak person kawan yang di bank sampah Bina Mandiri Surabaya. Entahlah, bagaimana kelanjutan mereka setelah itu. Tapi satu hal yang aku dapatkan, bahwa Jakarta belum punya bank sampah. Oke, catat!



Hanya sebatas itu pencarianku… mengendap lama, sangat lama…
Akhirnya di 2013, niat mendirikan bank sampah di Cibubur kembali mencuat di diri ini. Gara-garanya bertemu dan diskusi dengan bu Rafianti, tetangga satu RT yang juga seorang penggerak pengelolaan sampah di Indonesia. Ibu yang satu ini udah belajar tentang sampah di Belanda. Bekerja sebagai konsultan waste manajement, di … (entah aku lupa nama perusahaannya). Bertiga dengan Pak Agus, tetangga sebelah rumah, kami bertekad akan mengelola bank sampah bersama.

Pada kesempatan liburan ke Surabaya lagi di tahun 2013, aku berkunjung dan menambah ilmu ke bank sampah di Medokan, dekat hutan mangrove. Di sana langsung belajar sama pengelolanya, seorang ibu yang pernah nongol di tayangan Kick Andy untuk urusan bank sampah ini. Masih bersama Nina, sahabat terbaikku, yang selalu menyemangati setiap langkahku.

Di akhir 2013, bersama Bu Rafianti dan Pak Agus, aku belajar lagi ke bank sampah yang sudah berdiri di Jakarta. Ternyata setelah greenfest 2011, bank sampah menjamur di Jakarta. Alhamdulillah, ikut senang, karena banyak orang-orang yang mungkin sepertiku, gelisah, galau dan resah dengan permasalahan sampah di kota-kota besar. Waktu itu bank sampah yang kami datangi ada di Malaka Asri, Jakarta Timur. Alhamdulillah, nambah ilmu dan jaringan lagi.

Berhubung kesibukan bu Rafianti dan Pak Agus yang memang masih berkantor rutin, akhirnya bank sampah di Cibubur, tepatnya di Cikeas sih, aku kelola sendiri. Support dari beliau berdua tetap tak berhenti. Bu Rafianti ini menjadi salah satu investornya, bersama 3 orang sahabat pengajian lainnya, bu Dida, bu Mila dan bu Asty. Alhamdulillah… setelah dana terkumpul, preparing semuanya.

Dan taraaaa, Alhamdulillah 10 April 2014 Bank Sampah Sahabat Bumi beroperasi di Cikeas, Bogor.
Panjang juga kan prosesnya?
Yup, There is a way, if we have a will…




Percaya kalau kita punya keinginan, pasti ada jalannya. Meskipun butuh proses yang panjang untuk mewujudkannya. Asal komit, yakin, berdoa, dan berusaha. Setelahnya, hanya masalah waktu. (untuk urusan waktu ini, menurutku kesabaran kita yang diuji oleh Nya).

Sekian dulu ah ceritanya… masih banyak printilan cerita lainnya terkait bank sampah Sahabat Bumi ini.




Sabtu, 25 Oktober 2014

tandur tandang, apa itu?

tandur = (b. Jawa, menanam)
tandang = (b. Jawa, bekerja)

Kalau kita menanam jenis tumbuhan, kita pun harus bekerja merawatnya agar hasilnya bisa optimal.
Agar tak sia-sia jerih payah kita ketika menanamnya.
Sekalipun tumbuhan itu dapat berproses tanpa campur tangan perawatan manusia (baca : alami), menunggu panennya tentu tetap memerlukan waktu. Nah, apakah setelah menanam, kita tidak melakukan apa-apa dalam menunggu panennya? tentu tidak kan? kita tetap harus melakukan pekerjaan yang lain. Apakah merawatnya, apakah menanam yang lain, atau hal lain lagi.

Demikianlah filosofi tandur tandang ini. Bar nandur, ya tandangono… (agak sulit terjemahan Indonesianya).
Demikian juga dengan dunia usaha…
menanam benih, bisa diartikan dengan memulai sebuah usaha. Jika sudah dimulai, tentu tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa ada proses bekerja. Bekerja berupa upaya menjalankan usaha tersebut sampai sukses, sampai panen, sampai tidak perlu kerja lagi, tapi panennya terus menerus.

Proses itu sendiri tidaklah mudah dan cepat. Butuh waktu, butuh energi, pemikiran, tenaga, keringat bahkan air mata. Tapi percayalah, di dalam proses itu banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik hikmahnya untuk memperkaya kebijaksanaan pelakunya.

#selfreminder

Jumat, 24 Oktober 2014

DEMI WAKTU

Tak terasa, kita telah menghabiskan banyak waktu dalam kehidupan ini.
Waktu terus berjalan, bahkan bagi beberapa orang yang sibuk, waktu terasa berlari.
Akan tiba saatnya waktu itu habis untuk dijalani lagi.

Hari ini, 1 Muharam 1436 H.
Rasanya baru kemarin saya membuat life's mapping, sebuah peta hidup yang saya rancang sendiri untuk setahun, dua tahun, tiga tahun, lima tahun dan sepuluh tahun ke depan. Saya membuatnya tepat setahun yang lalu, 1 Muharam 2435 H. Ternyata setahun berlalu begitu cepat.

Pagi ini, saya mereview tulisan di life's mapping di laptop. Beberapa target belum tercapai, tapi beberapa yang tak tertargetkan justru telah terealisasi. Tak lupa bersyukur untuk semuanya.
Kita dikaruniai jatah waktu yang sama setiap hari. Selalu berharap setiap helaan nafas dilewati dengan kebaikan.

Demi waktu juga, sungguh blog ini sudah terabaikan lama sekali.
Duuh, sedikit malu bertengger di hati… mengaku profesi sebagai penulis, tapi tak juga disiplin menulis di blog ini. Makanya, salah satu yang penting adalah manajemen waktu. Bagaimana kita mengatur waktu kita untuk urusan yang tak akan habis-habisnya.

Tulisan ini hanyalah self reminder untuk pribadi saya sendiri. Namun, jika bermanfaat bagi yang lain, saya akan menjadi pribadi yang sangat beruntung.
Satu hal juga, semoga kerendahan hati senantiasa kokoh menjadi benteng yang menjaga ibadah kita agar tak menjadi kesia-siaan.